Bulan Kebudayaan Batak dan Pra Kongres I Kebudayaan Batak,
Jakarta : 26-27 September 2022 digedung Balairung Soesilo Soedarman Gedung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ka.Prodi Sastra Batak Drs. Jekmen Sinulingga, M.Hum beserta Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S dan Alumni Sastra Batak FIB USU menghadiri Kegiatan tersebut selama 2 hari. Saat ini, kebudayaan Batak Toba telah mengalami banyak perubahan dan mendesak untuk dilestarikan. Sejumlah produk/kebudayaan Batak Toba mulai ditinggalkan dan banyak yang hilang. Pengguna Bahasa Batak Toba semakin menurun ditandai dengan keengganan dan/atau ketidaktahuan generasi milenial Batak menggunakan Bahasa Batak, terutama mereka yang tinggal di kawasan Danau Toba, tempat asal-usul masyarakat Batak.
Pelaksanaan adat-istiadat Batak juga semakin memudar dan terkesan hanya formalitas. Belum lagi sejumlah objek pemajuan kebudayaan lainnya, seperti tradisi lisan, pengetahuan dan teknologi tradisional, seni, olahraga, dan permainan tradisional sudah jarang dijumpai dalam kehidupan seharihari. Sebagai contoh, ritual pernikahan Batak yang sudah dikombinasikan dengan budaya yang sedang tren, kemudian pelaksanaan ritual adat Batak dalam beberapa acara malah menggunakan musik/lagu yang bukan dari Batak. Ini hanya beberapa contoh, bagaimana budaya Batak sangat terpengaruh bahkan tersisihkan di era globalisasi ini. Bisa dikatakan pengaruh peradaban global yang begitu masif ter-ekspos melalui mediamedia, khususnya media sosial. Tampilan yang modern dan menarik dari segenap peradaban di dunia ini menjadi konsumsi generasi muda sehingga saturasi budaya Batak menjadi cukup minim sehingga mempengaruhi pengetahuan dan kecintaannya terhadap budaya Batak Toba. Pada intinya, eksistensi kebudayaan Batak Toba dalam pusaran peradaban global tentu saja mempengaruhi pelaksanaan ritual, seni, sastra, adat istiadat, dll. Era globalisasi secara langsung dan tidak langsung memberikan dampak positif sekaligus dampak negatif dalam kehidupan berbudaya Batak.
Dari sisi teknologi, tentu saja globalisasi ini bisa mendukung penyebaran infromasi tentang budaya Batak dari segala aspek, bisa dijadikan bahan belajar dan menambah wawasan. Tentunya banyak kegunaan dari perkembangan teknologi informasi ini yang bisa mengangkat dan meningkatkan awareness masyarakat Batak akan budayanya sendiri. Namun, dilain sisi, ada beberapa hal yang mungkin dinilai unik dan “keren” dari budayabudaya luar diaplikasikan langsung dengan mengkombinasikannya dalam adat istiadat dan bahkan men-substitusikannya. Tentu saja ini membawa pengaruh buruk dan bisa mendegradasi eksistensi kebudayaan Batak itu sendiri. Dalam menghadapi isu-isu ini, sangat diperlukan peran dari semua elemen dalam membangun kesadaran masyarakat Batak dan pelestarian budaya termasuk yang sifatnya strategis dan terkait kebijakan, baik dari pemerintah, akademisi, pemerhati, praktisi dan lain sebagainya. Relevansinya dengan pelestarian budaya Batak, BATAK CENTER ikut berperan serta sebagai panitia pelaksana Pra Kongres I Kebudayaan Batak Toba di Jakarta yang akan dilaksanakan pada tanggal 26 – 27 September 2022. Pra kongres I Kebudayaan Batak Toba di Jakarta mengangkat topik “Penyusunan Tata Bahasa Batak Toba dan Paradigma Baru Tata Adat Batak Toba”.
Adapun kegiatan ini mempunyai tujuan antara lain : Mengangkat, melestarikan dan mengaktualisasikan kembali kebudayaan Batak di kalangan generasi muda, ; Memberi apresiasi terhadap semangat generasi muda dalam merevitalisasi dan mengaktualisasikan kebudayaan Batak Toba, ; Mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan strategi kebijakan dan implementasi kebudayaan Batak Toba, dan Merumuskan pedoman tata bahasa Batak Toba, Paradigma baru tata kelola adat Batak Toba yang essential, efektif dan efisien, menjaga kebudayaan Batak Toba agar terus tumbuh di tengah interaksi budaya-budaya dunia.
Dalam kegiatan ini, ada beberapa materi yang akan disampaikan yaakni :Kebudayaan Batak dalam Pusaran Peradaban Global, ;Pemaparan dan Diskusi “Draf Pedoman Tata Bahasa Batak Toba ; Sosialisasi "Paradigma Baru Tata Kelola Adat Batak Toba (3E: Esensial, Efektif dan Efisien) dan Ekonomi Inklusif dan Perempuan Pedesaan.